Fakta bahwa kamu banyak yang suka atau banyak yang ngejar adalah
kebahagiaan tersendiri bagiku. Karena itu berarti aku tidak perlu khawatir
berlebihan jika suatu saat nanti takdir memisahkan jalan kita.
Bukankah sedari awal kita tidak saling menjanjikan apa-apa? Hanya
sebatas teman yang berusaha sejalan, melangkah beriringan, dan saling support.
Sayangnya, lagi-lagi salah satu pihak melibatkan perasaan terlalu jauh. Hal
yang paling aku wanti-wanti di awal pada akhirnya terjadi juga.
Sebenarnya kamu sayang nggak sih?
Pertanyaan yang akhirnya terlontar sebagai wujud dari kebutuhan akan kepastian.
Untuk ke sekian kalinya aku tidak bisa berkata-kata. Penjelasan yang coba aku
utarakan hanya berputar di isi kepala. Aku dengan mulut yang membisu dan mata
yang mulai berkaca-kaca, semoga mampu ditangkap sebagai jawaban.
Kita satu frekuensi, memiliki kesamaan dalam banyak hal. Sepertinya
kita juga saling membutuhkan, saling berbagi kebaikan, dan banyak saling-saling
lainnya. Tapi apakah lantas kita harus bersama untuk ke depannya?
Sejujurnya aku sudah cukup lelah dalam urusan asmara. Capek kali
lah awak ini.
Cukup nyaman menjalani relasi tanpa embel-embel apapun. Ya
mungkin status teman yang paling nyaman untuk dijalani. Seru-seruan menikmati
roda kehidupan, mengatasi masalah hanya dengan diam. Terus berpura-pura tertawa
sampai luka menutup dengan sendirinya.
Aku sudah banyak masalah di sisi kehidupan yang lain. Jika
memungkinkan di urusan asmara tidak perlu lah menambah masalah. Apa salah kalau
semua hubungan hanya aku nikmati sebagai pertemanan? Apa salah kalau aku
menganggap status pasangan justru mengekang banyak hal? Memang, bahkan dalam
agama pun mengekang itu bermakna membatasi untuk kebaikan. Satu hubungan yang
langgeng lebih baik ketimbang banyak hubungan yang tidak jelas arahnya ke
depan.
Tentang kamu, aku menyukai dan mengagumi banyak hal dalam dirimu. Perempuan
super duper keren, dari gaya berpenampilan, gaya bicara, pemikiran, dan tentu
dalam kebaikan. Namun hal pahitnya, aku laki-laki yang masih memandang paras.
Bangsat memang, aku bahkan membenci isi kepalaku sendiri. Sudah sekian masa
kita saling mengenal, saling bertukar cerita. Tapi sedikitpun aku belum ada
hasrat untuk memilikimu.
Apa aku sudah mati rasa? Entahlah.
Terakhir sebagai pesan untukmu, jika nanti akhirnya kita menyerah,
entah sebab aku yang terus menerus tidak ada hasrat, atau sebab kamu yang lelah
menunggu kepastian. Silahkan benci aku, bahkan aku pun membenci diriku sendiri.
Sebab nyatanya pengalaman panjang dalam asmara justru merusak akal sehatku. Aku
yakin, aku telah memperoleh emas, namun sangat mungkin melepaskannya hanya
karena tergiur batu kali.
Semarang, 6 Juni 2023
Komentar
Posting Komentar