Ada banyak hal yang sebaiknya tidak kita ketahui secara terperinci.
Dewasa ini, aku sering merasakan lelahnya dihantam kekhawatiran yang tidak pasti. Hal-hal sederhana yang sebelumnya aku anggap bakal mudah terlewati, tiba-tiba berubah menjadi sebegitu runyamnya ketika sedang kualami. Tidak semestinya segalau ini, tidak semestinya sekhawatir ini.
Cerita kemarin malam misalnya, dalam sebuah obrolan tongkrongan aku akhirnya
mengetahui satu fakta, lalu aku cerna fakta itu sejadi-jadinya. Bahwa sebaiknya
aku berganti haluan, merubah tujuan, melepas harapan. Aku tidak seharusnya
jalan terus lurus ke depan, sesekali perlu jeda untuk belok kiri dan kanan,
atau bahkan putar balik jika memang dibutuhkan.
Mungkin kata orang, tidak ada perjuangan yang sia-sia. Selagi mau
berusaha pasti akan ada jalannya. Tapi aku sudah tidak bisa seoptimis itu,
terlalu banyak ekspektasi dan realisasi yang menemui jalan buntu. Pertama gagal, lalu gagal
lagi, dan gagal terus. Seru dan mengasyikan bukan? Bukan. Memang
sepertinya aku butuh support cuan.
Kini perlahan aku mulai menyimpulkan, bahwa semakin menua aku semakin
materialis saja. Bawaannya pengin jadi orang yang cukup harta. Sebab selama ini
aku merasa sumber masalahku ada di sana. Kelewat sering berada di situasi serba
kekurangan, apa-apa selalu terhambat masalah keuangan. Belum lagi lingkungan pergaulan
yang memaksa terus dibanding-dibandingkan.
Capek nggak sih? Jelas capek doooooong, malah ditanya.
Aku tahu kok, setiap kita punya standar cakepnya masing-masing, eh
capeknya. Tapi serius, bagiku mengatasi masalah kini dan mengkhawatirkan masa depan
se-melelahkan ini. Ujung-ujungnya cuma bisa menghibur diri dengan mengingat capaian-capaian
di masa lalu. Wah dulu aku bisa sehebat itu yah. Dulu, iya dulu, serba
dulu.
Tetap berdoa saja-lah, sembari berusaha terus menjaga keyakinan
bahwa …
bersama kesulitan terdapat kemudahan,
habis gelap terbitlah terang,
terbentur, terbentur, lalu terbentuk,
yakin usaha sampai,
badai pasti berlalu.
“Allah tidak akan menguji seorang hamba melebih batas kemampuannya.”
(QS. Al Baqarah: 286)
Meskipun dominan pesimisnya, aku tetap belum ingin menyerah. Jika memang
kehidupan masih memberi kesempatan, maka jalan ke depan akan terus terbentang. Saat
banyak masalah menghadang, aku bisa saja umpan sayap kanan, giring ke depan, lalu
cetak gol kemenangan. Hehe.
Semarang, 14 Agustus 2022.
Komentar
Posting Komentar