Kali ini agak santai dikit yah,
Sebelumnya
thanks sudah mau mampir di blogku. Blog yang aku sendiri sampai sekarang ngerasa
kurang berbobot, isinya cuma keluhan-keluhan tentang kehidupan. Sepurone yo.
hehe
Malam ini aku sehat, dan semoga kalian pun sama. Aamiin.
Sedikit kuawali dengan cerita kemarin lusa. Pulang dari Ngaliyan menuju ke Meteseh, seperti biasa aku bermotoran santai. Berangkat dari Ngaliyan menjelang maghrib. Suasana mulai terasa gelap saat aku memasuki kawasan Undip. Tepat di lampu merah depan Undip Inn arah ke Banjarsari, sesuai dengan aba-aba lampu merah aku pun berhenti. Tidak lama kemudian terdengar suara klakson sepeda motor dari arah belakangku. Rupanya dia ingin menyerobot lampu merah itu. Sejurus kemudian aku geser motorku ke tepi, bermaksud memberi ruang agar dia bisa mendahului. Ah barangkali dia sedang terburu-buru, mungkin ada urusan penting yang sudah menunggu. Husnudzanku.
Tidak lama
berselang lampu hijau pun menyala. Aku kembali menancap gas berharap bisa segera
sampai di asrama. Wuuuuuusssshhh eh belum jauh melaju, pandanganku
langsung teralihkan oleh pengendara motor itu. Iya, pengendara motor yang
menyerobot lampu merah tadi, dia justru melaju santai tidak pasti.
Pikirku, ini orang punya masalah hidup apa sih?
Nyerobot bangjo tapi malah berjalan lirih.
Susah banget untuk sekedar berhenti?
Atau memang tabiatnya kurang bisa mematuhi?
Stop! Itu sebagai cerita awal saja. Jujur, aku nggak habis pikir ke orang-orang yang terkadang suka terburu-buru untuk hal yang tidak menentu. Contoh kasus tadi, dia kan bisa berhenti sejenak ngikutin lampu. Lalu saat sudah berjalan bisa sedikit menambah kecepatan untuk menyesuaikan waktu. Ketimbang harus melanggar rambu, padahal laju motornya tetap santai sesudah itu.
Kejadian ini
tidak sekali dua kali aku temui, sudah beberapa kali. Banyak pula kasus yang modelnya
serupa.
Ada orang yang
menerobos palang pintu kereta, setelah melewati eh dia menepi balas chat WA. Apa
iya dia nggak bisa membalas WA sembari menunggu lewat keretanya?
Ada orang yang dari jauh sudah terlihat lampu merah malah makin nge-gas, lalu setelah dekat dia baru injak rem. Bukankah dia bisa mengurangi kecepatan untuk mengantisipasi rem dadakan?
Eh sebentar,
Tiba-tiba aku
sedikit tersadar,
Sepertinya
bukan hanya dia dan mereka, tapi juga aku dan kita.
Ini serupa tapi
tak sama, terburu-terburu tapi selepas itu tidak tahu.
Tentang sholat
kita,
Bukankah selama
ini kita juga sering terburu-terburu saat sholat, lalu wirid dan doa kita
persingkat. Selepas itu kita bingung mau ngapain, keseringan buka tutup medsos
nyari teman main. Scroll Instagram, baca tweet-tweet kelam, buka story WA, dan hal-hal kurang kerjaan lainnya. Haha
sumpah gabut.
Padahal bisa kan, kalau kita perlama sholatnya, perpanjang bacaan-bacaannya, perkhusyuk doa-doanya. Serius tidak akan habis dan sia-sia waktu kita. Tidak pernah ada dalam sejarah dunia, gara-gara sholat lama kita ketinggalan berita. Tidak pernah ada, gara-gara khusyuk mengaji telat balas WA dan kena marah doi.
Eh ini juga
erat kaitannya dengan menunda, ada yang mudah terburu-buru, ada juga yang mudah
menunda.
Aku dan kita,
haha… iya barangkali termasuk kita semua yang suka menunda sholat. Kita sering
menunda, tapi tidak tahu menunda dalam rangka apa. Tidak ada kesibukan yang
sedang dijalankan, tidak ada pula pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
Kita mudah
untuk menunda sholat,
Giliran sholat malah selesai versi cepat.
Sebegitu membosankannya
Tuhan di mana kita.
Sampai kita menunda
untuk bertemu,
Lalu lekas
pergi dengan terburu-terburu.
Asem pikiran gua
malah buntu…!
Semarang, 15
Maret 2022
Kok pulang ke asrama dari Ngaliyan ke Meteseh?, emang udah ndak di Ngaliyan lagi po Mas? Terus maksudnya pulang ke asrama itu gimana?
BalasHapusSekarang tinggal di Meteseh, di asrama juga.
HapusAsrama apa?
HapusAsrama mahasiswa
Hapus