Kalau sudah tiada baru terasa
Bahwa kehadirannya sungguh berharga
...
Stop! Kali ini bukan bermaksud mendendangkan lagu, ini sebatas
pengantar saja. Bahwa, seringkali kita telat menyadari berharganya sebuah
kehadiran setelah kita kehilangan. Tidak hanya tentang pasangan, ini berlaku
untuk segala hal. Kita baru menyadari sehat itu mahal setelah sakit, rukun itu
indah setelah kita berantem, masa SMA itu menyenangkan setelah kita
berkeluarga... ah rasanya tidak akan ada habisnya jika diuraikan.
Yaps... Pada intinya kali ini adalah tentang kesadaran atas
kenikmatan.
Diawali dengan kalimat sederhana,
Bahagia itu bukan dicari, tapi disadari.
Bukan kita tidak diberi bermacam bahagia, bahkan dalam kesedihan
sekalipun ternyata Allah masih sertakan banyak kebahagiaan.
فان مع العسر
يسرا
"Maka sesungguhnya bersama kesukaran terdapat kemudahan." (QS. Al
Insyirah: 5)
Dalam tata bahasa Arab, kata العسر
termasuk isim ma'rifat berati khusus (selaras dengan sedikit), sedang kata
يسرا termasuk isim nakiroh berarti umum
(selaras dengan banyak).
Artinya, dalam kesukaran/kesedihan yang sedikit, Allah sertakan
kemudahan/kebahagiaan yang banyak. Ketika gigi kita sakit, Allah masih jadikan
sehat lidah, hidung, telinga, mata, dan lainnya. Ketika kita susah mencari
kerja, Allah masih mudahkan kita untuk beribadah, bercanda tawa dengan saudara,
makan bersama keluarga. Ketika kita sedikit ibadah dan banyak maksiat, stok
ampunan Allah jauh lebih banyak. Ketika sebagian doa kita belum terijabah,
Allah sudah banyak memberi apa-apa yang sepertinya tidak pernah kita minta.
Allah beri kita mata, tangan, dan kaki, yang barangkali kita tidak akan rela
jika ditukar dengan ijabahnya doa kita. Jadi, kuncinya adalah sadari.
Kita yang sering kurang sadar, hingga Allah ulang peringatan tersebut
pada ayat selanjutnya.
ان مع العسر
يسرا
"Sesungguhnya bersama kesulitan terdapat kemudahan." (QS. Al
Insyirah: 6)
Sungguh, apa yang Allah beri tanpa kita minta lebih banyak daripada
apa yang kita minta dan belum Allah beri.
Adakah kita termasuk orang yang bersyukur?
Lain syakartum laazidannakum
"Sungguh jika kamu bersyukur, maka akan Aku tambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7)
Barangkali kita boleh mengartikan yang ditambah adalah rasa syukurnya.
Rasa syukur adalah bentuk kesadaran (menyadari). Jika kita mau
menyadari/mensyukuri salah satu nikmat Allah, maka kita akan menyadari
nikmat-nikmat yang lain. Coba kita menyadari nikmat mata saja, betapa indahnya
alam semesta ini, tentu diawali dari rahmat Allah memberi kita kemampuan
melihat. Saat kita mulai menyadari nikmat yang satu, maka laazidannakum , Allah
akan tambahkan (kesadaran) padamu. Kita kemudian menyadari nikmat yang lain.
Telinga untuk mendengar merdunya lagu, lidah untuk menikmati rasa makanan, dll.
Rasa sadarnya terus bertambah dan bercabang. Sekali lagi, kuncinya adalah
sadari.
Masih tentang sadari,
Salah satu langkah alternatif yang cukup mudah untuk menyadari adalah dengan
menceritakan.
وأما بنعمة ربك
فحدث
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka ceritakanlah!" (QS. Adh
Dhuha: 11)
Pada umumnya diterjemahkan 'maka nyatakanlah (dengan bersyukur)'. Namun,
coba kita ambil arti حدث = kabarkan/ceritakan.
Minimal dengan menceritakan kepada diri sendiri. Segala macam nikmat yang Allah
beri, coba kita ceritakan ke diri sendiri.
"Hei aku, Allah baik banget yah ke aku, masa aku dikasih suara
merdu saat di kamar mandi, terus aku juga dikasih wajah yang tampan saat
bercermin, ulala dan uwuw banget ya Allah."
Sering-seringlah bercerita pada diri sendiri tentang berbagai
nikmat Allah. Maka kita akan tertuntun untuk bersyukur. Selanjutnya kita akan
semakin sadar, bahwa bahagia sudah kita dapatkan, tanpa perlu kita cari.
Akhirnya,
"Tunjukanlah kami jalan yang lurus (benar)." (QS. Al
Fatihah: 6)
Semarang, 8 Agustus 2020
Komentar
Posting Komentar