Langsung ke konten utama

Galau-Is-Me

 


Pagi ini kopi terasa lebih pahit dari biasanya

Aku merenung, apa yang salah pada caraku menjalani hidup akhir-akhir ini

Sedikit kurang nyaman, mengajar pun hambar

Aku kehilangan semangat

Tapi tetap berusaha menjalani apa yang menjadi kewajiban

Kutukan siapa yang melekat

Sumpah serapah mana yang terlontar

Atau doa orang mana yang mungkin aku dzolimi

Apa mungkin tentang perempuan yang tersakiti

Yang semesta kurang meridhai

 

Apa yang salah?

Adakah yang keliru?

Orang baik masih aku temui

Rutinitas positif masih aku jalani

Lalu apa? Mengapa begitu hambar?

 

Aku bosan

Hidup masih cukup berantakan

Tidak ada kemajuan

Tidak ada kepastian dalam waktu dekat

Aku mengkhawatirkan masa depan

Tolong sampaikan padaku? Apa aku salah? Apa langkahku keliru?

Ini aku semakin menua, semakin hilang arah

Siapa yang bisa aku jadikan pegangan?

Tokoh mana yang bisa menuntunku, menasihatiku, mengarahkanku pada jalan yang benar?

Atau kebenaran akan menunjukkan jalannya sendiri?

Atau kebahagiaan akan datang dengan sendiri, semaunya, sekehendaknya?

 

Aku menulis sebagai aku yang lain

Sebagai aku yang masih remaja kekanak-kanakkan

Jadi mohon jangan artikan aku sebagai orang yang banyak ilmu, orang yang penuh nasihat, 

Ini momennya berbeda, aku sedang menjadi aku yang lain

 

Bulan depan mau menuju apa?

Apa yang sedang aku usahakan?

Impian mana yang sedang aku kejar?

Target apa lagi yang aku rencanakan?

 

Berbagai pertanyaan yang tak pernah menemui jawaban.

 

Jika aku sedih, aku menyedihkan hal apa?

Jika aku bahagia, ini jelas salah. Bahagia mana yang bisa diartikan dari kondisi tulisan macam ini. 

Jelas aku sedang tidak bahagia.

 

Sini-sini yang mau nemenin aku

Yang mau nasehatin aku

Yang mau ngasih petunjuk langsung

Yang mau hal-hal baik untukku

 

Tapi please, jangan judge yang macam-macam

Jangan malah banding-bandingin dengan masalah kalian

Apalagi bilang “harusnya kamu bersyukur”

Jangan yah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebagai Pria ...

Bagaimana seharusnya sikap pria kepada wanitanya? Sebagai pria, seringkali kita keliru dalam memberikan perlakuan kepada pasangannya. Beberapa sikap mendasar yang kita anggap benar, bisa jadi merupakan sesuatu yang salah bagi wanita. Kita sering mendengar slogan “wanita selalu benar”, lalu kita menjadikannya seperti bahan olok-olokan. Sedikit berlebihan memang, sebab sangat mungkin jika sebenarnya memang kita -sebagai pria- yang salah. Kita seringkali tidak menyadari telah berbuat keliru terhadap pasangannya. Maka dalam kesempatan ini, sepertinya menarik untuk mengulas sedikit tentang bagaimana seharusnya sikap pria terhadap wanitanya. Inilah beberapa sikap yang seharusnya pria berikan kepada wanitanya: 1.     Jangan menjelaskan, tapi meminta maaf Yups, kalau kita punya salah atau dianggap salah sama pasangan kita, tidak perlu banyak menjelaskan ini itu, it’s percuma. Ketika doi sedang marah, akan susah untuk mau menerima penjelasan kita. Jangankan menerima, mendeng...

SEMACAM TANYA JAWAB

  Spesial di Hari Guru Nasional 2024, ada beberapa pertanyaan yang muncul dibalut dengan ungkapan ' selamat hari guru' oleh mereka, murid-murid kelasku. Maka dalam kesempatan ini izinkan aku menggunakan bahasa yang menyesuaikan komunikasiku bersama mereka. (panggilan diri 'Pak Hadi') Capcusss .... Pak Hadi calonnya mana? Pertanyaan cukup wajar di usia Pak Hadi yang hampir genap 30 tahun. Problemnya bukan di calon sebenarnya, lebih pada kondisi ekonomi Pak Hadi yang bisa dibilang belum stabil. Sebab untuk urusan perempuan, calon, atau apapun sebutannya, Pak Hadi bukan termasuk orang yang susah-susah amat untuk mencari dan mendapatkan. Bahkan sampai sekarang pun ada beberapa nama yang masuk daftar teman dekat dan masih intens komunikasi. Lagi-lagi karena memang belum siap untuk membangun rumah tangga. Mungkin kalian perlu tahu sedikit bagaimana kondisi ekonomi Pak Hadi. Jadi semenjak Pak Hadi kerja sudah banyak beban yang harus ditanggung. Tidak begitu ingat sampai ...

Sia-sia

Fakta bahwa kamu banyak yang suka atau banyak yang ngejar adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Karena itu berarti aku tidak perlu khawatir berlebihan jika suatu saat nanti takdir memisahkan jalan kita. Bukankah sedari awal kita tidak saling menjanjikan apa-apa? Hanya sebatas teman yang berusaha sejalan, melangkah beriringan, dan saling support. Sayangnya, lagi-lagi salah satu pihak melibatkan perasaan terlalu jauh. Hal yang paling aku wanti-wanti di awal pada akhirnya terjadi juga. Sebenarnya kamu sayang nggak sih? Pertanyaan yang akhirnya terlontar sebagai wujud dari kebutuhan akan kepastian. Untuk ke sekian kalinya aku tidak bisa berkata-kata. Penjelasan yang coba aku utarakan hanya berputar di isi kepala. Aku dengan mulut yang membisu dan mata yang mulai berkaca-kaca, semoga mampu ditangkap sebagai jawaban. Kita satu frekuensi, memiliki kesamaan dalam banyak hal. Sepertinya kita juga saling membutuhkan, saling berbagi kebaikan, dan banyak saling-saling lainnya. Tapi apakah l...