Sebagai pengingat di awal, aku menulis ini tidak sedang mempunyai masalah apa atau dengan siapa, aku menulis ini dalam kondisi baik-baik saja.
Sembari
menyantap es buah pemberian teman, aku mulai menulis setiap kemunafikanku. Aku
bukan orang baik, bukan orang yang care, apalagi sholeh. Haha. Memang sholat
sudah lima waktu, tapi siapa yang bisa menjamin ke-khusyuk-anku, siapa pula
yang bisa menjamin diterimanya sholatku. Lagi pula sholat juga bukan tolak ukur
kesholehan. Toh kalau sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar,
itu artinya sholatku belum benar. Nyatanya masih sering kok aku berbuat
maksiat. Terus aku bangga gitu mengaku bermaksiat? Tidak. Tidak sama sekali.
Aku juga ngrasa miris sama diri sendiri. Lah kok aku begini? Lah kok aku malah
nulis tentang sholat? Haha…
Ngomongin
kebaikan misalnya, siapa sih yang mau mengakui aku orang baik? paling keluarga,
itu juga memang sudah seharusnya sebagai satuan keluarga. Kalaupun ada di luar
keluarga, mungkin karena baru kenal sekali, mungkin kebetulan waktu aku sedang
berbuat baik. Di belakang layar jelas aku banyak bobroknya. Untung saja Allah
masih menutup aib-aibku. Makanya aku cukup benci sama orang yang punya
kemampuan membaca pikiran, tahu hal-hal ghaib, tahu karakter asli seseorang.
Aku benci, ya karena sudah pasti aku menjadi orang hina di matanya. Dan
kalaupun perilaku baikku ada nih yah, biasanya aku tampilkan ke orang-orang
yang memang aku pengin terlihat baik di matanya. Misal, ke perempuan yang lagi
aku suka, ke pimpinan tempat kerja, ya gitu-gitu lah. Seringnya sih ke
perempuan, biasa lah ada kepuasan tersendiri kalau dinilai baik oleh perempuan.
Haha.
Lanjut ngomongi care, kepedulian, paling yang benar-benar ngerasain hanya keluarga, toh itu juga masih ada anggota keluarga yang kecewa sama aku. Care ke orang lain, paling ke perempuan lagi, itu bukan care sit, tebar pesona aja. Makanya tidak salah juga kalau ada yang ngatain aku buaya. Terserahlah, banyak benernya juga. Sudah dari dulu pengin digemari banyak perempuan, ya nggak tahu, semacam bawaan lahir mungkin. Haha. Mungkin akhir-akhir ini saja sudah tidak begitu dekat dengan banyak perempuan. Salah satu alasannya y aitu tadi, dikatain buaya. Ya wajar sih tapi tetep nyesek. Apa salah yah kalau bisa bikin nyaman orang? Apa salah yah kalau bisa ngehibur orang? Wkwk. Jelas salah bego, lah aku tukang PHP katanya. Ini yang aku masih belum paham. Apa semua perempuan gampang ngrasa “diberi harapan”? Apa kita-kita salah kalau berbuat baik, atau sebaiknya mending bersikap jutek saja ke perempuan. Lah wong aku aja pengin dipandang baik. Jadi bingung sendiri kan.
Sudah ah,
Buat kalian
yang ngerasa nyesel pernah kenal sama aku, pernah deket sama aku, pernah njalin
hubungan sama aku, atau sedang njalin hubungan sama aku. Kalau mau pergi ya
pergi aja, kalau mau bertahan ya matur nuwun. Iya, makasih kalau masih mau
kenal, deket, baik sama aku. Aku nggak bisa ngasih apa-apa. Ya aku memang
begini orangnya, baik kalau ada maunya, tapi jelas lebih banyak buruknya. Kalau
mau ngasih kritik atau saran, silahkan. Aku dengarkan, kalau bisa aku lakukan
ya alhamdulillah, kalau nggak bisa ya ngapunten.
Harusnya sudah sih ini ngetiknya, tapi kok belum sampai dua halaman. Haha. Mau aku lanjutin apa yah? Puisi? Udah lama nggak bikin puisi. Males ngrangkai kata dan males mikirnya juga. Gampang ngetik beginian, tinggal ketik aja apa yang muncul di kepala.
Ya udah sih,
jika ada sumur di ladang, jangan lupa menumpang mandi, jika ada umur yang panjang, jangan lupa juga untuk mandi, sekian yah… haha
Meteseh, 7 Sept
2021
Pukul 14.57 WIB
Aku pernah berjanji pada seseorang untuk meninggalkan jejak komentar di blog nya. Semoga kamu membacanya ya.
BalasHapusSedikit meninggalkan jejak komentar. Menurut ku jadilah dirimu sendiri; dirimu yang memang as a friendly dan lucu. Dan satu lagi mendengarkan omongan orang lain memang penting, tapi coba kemudian omongan itu bisa dipilah dan masuk ke hati. Menjadikan diri lebih tenang dan lebih bisa menerima diri apa adanya.