Langsung ke konten utama

... Merdeka!


Kini genap 76 tahun usia Indonesia. Masih terhitung muda untuk ukuran sebuah negara. Namun, coba kita berkaca pada sejarah bangsa ini. Eh aku gak paham deh. Wkwk. Saat tulisan ini diketik berbarengan dengan upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta. Entah mengapa, dari dulu suka nonton upacara kemerdekaan RI yang versi Istana Negara. Sampai pernah sengaja tidak mengikuti upacara di sekolah demi nonton upacara yang disiarkan di TV. Amazing banget, biasanya ada tampilan tarian-tarian adat, nyayian lagu-lagu kebangsaan dan daerah. Tetapi yang paling keren di momen ini tentu pasukan pengibar benderanya. Oh mbak-mbaknya masya Allah cantik dan anggun banget. Hehe apalagi senyumannya. Nyuwun setunggal sing kados niku, Gusti.

Sayangnya, di upacara kali ini mbak-mbaknya diwajibkan pakai masker. Jadi nggak kelihatan senyum cantiknya dong. Eh bahkan jumlah pasukannya pun dikurangi. Hadeh… ya mau gimana lagi yah.

Terlepas dari kondisi apapun saat ini, kami turut bangga menjadi warga negara Indonesia, banyak hal baik nan indah yang dimiliki Indonesia, luas lautannya, sejuk pegunungannya, ramah masyarakatnya, budi pekertinya, keragaman budayanya, beribu dialek dan bahasanya. Ya Allah, tidak ada alasan untuk tidak bersyukur karena bisa hidup di tanah Indonesia ini, tanah yang bisa dibilang “cipratan surga” jika saja surga bocor dan jatuh ke bumi.

Oh iya, berhubung masih sembari menonton streaming upacara. Saat ini sedang diperlihatkan atraksi oleh pasukan jet TNI AU. Penampilan-penampilan ini juga yang sangat menarik perhatian, tidak kalah dengan versi film yang penuh editan, sedangkan ini real. Mantap pokoke.

Eh ini nyanyian lagu-lagu kebangsaannya kok malah virtual, model video gitu. Sedikit kurang greget sih. Tapi tetep merinding ndengerin lagu-lagu kebangsaan ini. Feelnya ngena banget.

Maju tak gentar

Syukur

Tanah airku

 

Segala puji bagi Allah, terima kasih untuk para pahlawan dan veteran Indonesia. Bagi para pahlawan Indonesia, semoga bisa merasakan kemerdekaan sekaligus kedamaian di akhirat sana.

Sekian… semoga kami bisa meneruskan perjuangan para pahlawan, mengisi kemerdekaan dengan benar, merawat sejuta anugerah pemberian Tuhan.

 

Meteseh, 17 Agustus 2021.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebagai Pria ...

Bagaimana seharusnya sikap pria kepada wanitanya? Sebagai pria, seringkali kita keliru dalam memberikan perlakuan kepada pasangannya. Beberapa sikap mendasar yang kita anggap benar, bisa jadi merupakan sesuatu yang salah bagi wanita. Kita sering mendengar slogan “wanita selalu benar”, lalu kita menjadikannya seperti bahan olok-olokan. Sedikit berlebihan memang, sebab sangat mungkin jika sebenarnya memang kita -sebagai pria- yang salah. Kita seringkali tidak menyadari telah berbuat keliru terhadap pasangannya. Maka dalam kesempatan ini, sepertinya menarik untuk mengulas sedikit tentang bagaimana seharusnya sikap pria terhadap wanitanya. Inilah beberapa sikap yang seharusnya pria berikan kepada wanitanya: 1.     Jangan menjelaskan, tapi meminta maaf Yups, kalau kita punya salah atau dianggap salah sama pasangan kita, tidak perlu banyak menjelaskan ini itu, it’s percuma. Ketika doi sedang marah, akan susah untuk mau menerima penjelasan kita. Jangankan menerima, mendengarkan saja ras

Miskin Adalah Privilege

  “Miskin adalah privilege”, kalimat yang tiba-tiba muncul dalam pikiran saat berjalan di halaman sekolah pagi tadi. Hari ini giliranku piket sambut di lobi sekolah. Menyambut kedatangan setiap murid dengan senyum, sapa, dan salam. Seperti biasa, aku dan rekan piketku bercanda ala-ala obrolan laki-laki nakal. Suara tawa kami sengaja ditahan atau dipelankan, bahkan sesekali berubah menjadi senyum om-om yang suka booking tempat karaoke. Berat sekali menjaga pandangan dari para perempuan cantik di sini yang notabene memang dibudayakan untuk saling tegur sapa. Sesekali aku membatin, Ya Allah… astaghfirullah… alhamdulillah… Bingung entah harus beristighfar atau bersyukur, keduanya bisa diucapkan dalam satu waktu. Mata yang cukup sehat untuk memandang keindahan paras makhluk-Nya, yang dalam keyakinanku pun akan berdosa jika dipandang secara berlebihan, lebih-lebih dengan pandangan nafsu. Kembali ke topik awal, miskin adalah privilege. Ya, bagiku miskin adalah privilege dari Allah, karena

Terburu-buru

Kali ini agak santai dikit yah, Sebelumnya thanks sudah mau mampir di blogku. Blog yang aku sendiri sampai sekarang ngerasa kurang berbobot, isinya cuma keluhan-keluhan tentang kehidupan. Sepurone yo. hehe Malam ini aku sehat, dan semoga kalian pun sama. Aamiin.   Sedikit kuawali dengan cerita kemarin lusa. Pulang dari Ngaliyan menuju ke Meteseh, seperti biasa aku bermotoran santai. Berangkat dari Ngaliyan menjelang maghrib . Suasana mulai terasa gelap saat aku memasuki kawasan Undip. Tepat di lampu merah depan Undip Inn arah ke Banjarsari, sesuai dengan aba-aba lampu merah aku pun berhenti. Tidak lama kemudian terdengar suara klakson sepeda motor dari arah belakangku. Rupanya dia ingin menyerobot lampu merah itu. Sejurus kemudian aku geser motorku ke tepi, bermaksud memberi ruang agar dia bisa mendahului. Ah barangkali dia sedang terburu-buru, mungkin ada urusan penting yang sudah menunggu. Husnudzan ku. Tidak lama berselang lampu hijau pun menyala. Aku kembali menancap gas b