Langsung ke konten utama

Syukur Episode Sekian

 


Woy diary, tau kan hari ini aku ngapain aja? Yaps, aku ngga ngapa-ngapain. Btw nih ya, hari ini seperti biasa aku mengawali hari dengan buat agenda harian. Meskipun dalam jalannya nggak semua aku lakuin sih. Termasuk bikin kata-kata inspirasi. Nggak tau hari ini belum ada inspirasi buat nulis-nulis gitua.

Woy diary, udah dua hari ini tidak sholat tahajud uy, nggak tau kenapa. Rasa-rasanya bangun udah subuh aja. Memang sih subuh kali ini lagi cepet, pukul 4 pagi. Nggak papa lah bisa bangun dari tidur saja sudah alhamdulillah banget.

Woy diary, kenapa yah akhir-akhir aku jadi banyak kepikiran jodoh. Kayak nggak sabar gitu pengen nikah. Gila nggak tuh? Ngganggu pikiran banget, serius. Berdoa aja dah, semoga Allah beri aku ini jodoh yang baik, cantik, dan sholehah.

Lanjut nih, ngomongin Eva deh sekali-kali. Belum bisa move on yah? nggak tau juga sih. aku sih berusaha biasa-biasa aja. Tapi tetep kadang suka ngintip-ngintip story-story dia. Di luar itu, aku lagi belajar ngedoain hal-hal yang baik buat dia. Semoga dia dapat laki-laki yang baik, penyayang, ganteng, dan hal-hal baik lainnya. Aamiin. 

Sekarang aku ngerasa lebih banyak waktu buat ngelakuin hal-hal yang mungkin aku suka. Aku mulai membaca buku-buku kembali. Aku pengen belajar Islam lagi, sebab masih ngerasa belum punya ilmu apa-apa. Aku pengen belajar kitab-kitab lagi, pengin ngehafalin Al-Qur’an lagi.

Pengin rasanya punya partner hidup yang paham agama, lalu ngingetin aku kalau lagi salah atau keliru. Aku yakin banget sih Allah tau kalau aku sedang nulis beginian. Kabulkan Ya Allah. Hehe

Woy diary, pernah nggak ngerasa cinta banget sama Allah, sama Rasul, sama Al-Qur’an? Tapi ngerasa munafik? Ya begitu yang lagi aku rasain sekarang. Mulut bilang rindu, tapi tidak dengan laku. Ah, sudah yah. Semoga saat aku baca diaryku lagi muncul lekukan senyum di bibirku. Aku bersyukur.

Sehat-sehat kamu. Bye... 


Rabu, 14 Oktober 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebagai Pria ...

Bagaimana seharusnya sikap pria kepada wanitanya? Sebagai pria, seringkali kita keliru dalam memberikan perlakuan kepada pasangannya. Beberapa sikap mendasar yang kita anggap benar, bisa jadi merupakan sesuatu yang salah bagi wanita. Kita sering mendengar slogan “wanita selalu benar”, lalu kita menjadikannya seperti bahan olok-olokan. Sedikit berlebihan memang, sebab sangat mungkin jika sebenarnya memang kita -sebagai pria- yang salah. Kita seringkali tidak menyadari telah berbuat keliru terhadap pasangannya. Maka dalam kesempatan ini, sepertinya menarik untuk mengulas sedikit tentang bagaimana seharusnya sikap pria terhadap wanitanya. Inilah beberapa sikap yang seharusnya pria berikan kepada wanitanya: 1.     Jangan menjelaskan, tapi meminta maaf Yups, kalau kita punya salah atau dianggap salah sama pasangan kita, tidak perlu banyak menjelaskan ini itu, it’s percuma. Ketika doi sedang marah, akan susah untuk mau menerima penjelasan kita. Jangankan menerima, mendeng...

SEMACAM TANYA JAWAB

  Spesial di Hari Guru Nasional 2024, ada beberapa pertanyaan yang muncul dibalut dengan ungkapan ' selamat hari guru' oleh mereka, murid-murid kelasku. Maka dalam kesempatan ini izinkan aku menggunakan bahasa yang menyesuaikan komunikasiku bersama mereka. (panggilan diri 'Pak Hadi') Capcusss .... Pak Hadi calonnya mana? Pertanyaan cukup wajar di usia Pak Hadi yang hampir genap 30 tahun. Problemnya bukan di calon sebenarnya, lebih pada kondisi ekonomi Pak Hadi yang bisa dibilang belum stabil. Sebab untuk urusan perempuan, calon, atau apapun sebutannya, Pak Hadi bukan termasuk orang yang susah-susah amat untuk mencari dan mendapatkan. Bahkan sampai sekarang pun ada beberapa nama yang masuk daftar teman dekat dan masih intens komunikasi. Lagi-lagi karena memang belum siap untuk membangun rumah tangga. Mungkin kalian perlu tahu sedikit bagaimana kondisi ekonomi Pak Hadi. Jadi semenjak Pak Hadi kerja sudah banyak beban yang harus ditanggung. Tidak begitu ingat sampai ...

Sia-sia

Fakta bahwa kamu banyak yang suka atau banyak yang ngejar adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Karena itu berarti aku tidak perlu khawatir berlebihan jika suatu saat nanti takdir memisahkan jalan kita. Bukankah sedari awal kita tidak saling menjanjikan apa-apa? Hanya sebatas teman yang berusaha sejalan, melangkah beriringan, dan saling support. Sayangnya, lagi-lagi salah satu pihak melibatkan perasaan terlalu jauh. Hal yang paling aku wanti-wanti di awal pada akhirnya terjadi juga. Sebenarnya kamu sayang nggak sih? Pertanyaan yang akhirnya terlontar sebagai wujud dari kebutuhan akan kepastian. Untuk ke sekian kalinya aku tidak bisa berkata-kata. Penjelasan yang coba aku utarakan hanya berputar di isi kepala. Aku dengan mulut yang membisu dan mata yang mulai berkaca-kaca, semoga mampu ditangkap sebagai jawaban. Kita satu frekuensi, memiliki kesamaan dalam banyak hal. Sepertinya kita juga saling membutuhkan, saling berbagi kebaikan, dan banyak saling-saling lainnya. Tapi apakah l...