Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Pergeseran Prinsip

Senin, 23 Agustus 2021 muncul notifikasi dari facebook tentang kenangan postingan pada 6 tahun yang lalu. Sebenarnya postingan seperti biasa, tidak ada yang terlalu special. Namun ketika aku cermati ternyata ada sebuah tata nilai yang bisa aku jadikan pelajaran untuk hari ini. Pada status tersebut aku menuliskan tentang keyakinan hidup. Ada pergeseran makna, ada pergeseran prinsip, ada pergeseran cara pandang terhadap kehidupan antara kurun waktu 6 tahun silam hingga sekarang. Banyak perubahan yang cukup mendasar. Dulu, hidup modalnya cukup dengan kemantapan hati, doa, dan tawakal. A da masalah dikit atau punya satu keinginan, tinggal amalin ini, baca itu, dan segala macam cara yang mendekat ke Allah . Penuh keyakinan bahwa Allah mengatur segala urusan hamba-Nya bahkan hingga yang kita anggap sepele. Daun jatuh ke bumi tidak terlepas dari kehendak-Nya. Bagaimana dengan sekarang? Hidupnya dipenuhi dengan keragu-raguan, keputusasaan, dan ketakutan. Bekerja karena tahu bahwa itu satu-sa

... Merdeka!

Kini genap 76 tahun usia Indonesia. Masih terhitung muda untuk ukuran sebuah negara. Namun, coba kita berkaca pada sejarah bangsa ini. Eh aku gak paham deh. Wkwk. Saat tulisan ini diketik berbarengan dengan upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta. Entah mengapa, dari dulu suka nonton upacara kemerdekaan RI yang versi Istana Negara. Sampai pernah sengaja tidak mengikuti upacara di sekolah demi nonton upacara yang disiarkan di TV. Amazing banget, biasanya ada tampilan tarian-tarian adat, nyayian lagu-lagu kebangsaan dan daerah. Tetapi yang paling keren di momen ini tentu pasukan pengibar benderanya. Oh mbak-mbaknya masya Allah cantik dan anggun banget. Hehe apalagi senyumannya. Nyuwun setunggal sing kados niku, Gusti. Sayangnya, di upacara kali ini mbak-mbaknya diwajibkan pakai masker. Jadi nggak kelihatan senyum cantiknya dong. Eh bahkan jumlah pasukannya pun dikurangi. Hadeh… ya mau gimana lagi yah. Terlepas dari kondisi apapun saat ini,

Aku Sekuler ...

  Sumber: hmikomhukumuh.wordpress.com Aku Sekuler ... Dalam satu kesempatan pernah seorang murid dengan bangganya mengatakan dirinya sekuler. Pernyataan itu muncul pasca aku kasih studi kasus tentang batasan menaati perintah dari  ulil amri (pemimpin). Aku anggap masih wajar, karena mungkin belum cukup wawasan, atau memang suka baca-baca buku yang sekuler. Oh iya mungkin perlu aku sampaikan dulu apa itu sekuler. Jadi, sekuler atau sekulerisme itu sebuah paham yang memisahkan antara urusan kenegaraan dan keagamaan. Ya kurang lebih begitulah, pokoknya negara ya negara, agama ya agama, jangan dibawa-bawa ke urusan negara, agama urusan pribadi masing-masing. Oke lanjut. Satu hal yang aku tangkap dari arah pembicaraan murid tersebut, dia tidak begitu suka dengan praktik Islam yang berlebihan, radikal, dan semacamnya. Dia merasa aturan pemerintah lah yang perlu dijalankan. Eh biar tidak salah paham, begini saja. Saat itu aku mencontohkan kasus di Prancis yang melarang muslimah mengenakan